
Sejarah Desa Sampih
Menurut cerita para sesepuh Desa Sampih berawal pada ±abad ke-16 , menurut para sesepuh Desa Sampih penduduknya tidak kekurangan pangan. Babat desa pada sekitar taun 1670 oleh mbah Kamem (Mbah Kamaludin). Di dalam menjalankan babat pada waktu itu di musim kemarau panjang sehingga kekurangan air. Babat berhenti sebentar mbah Kamem naik ke atas bukit di pinggiran sebelah timur di perbatasan desa Wonorejo, lalu menemukan sumber air di bawah pohon karet besar, di situlah Mbah Kamem berdo’a mengucapkan terima kasih kepada Allah atas rohmat yang di berikan yaitu sumber mata air. Sumber mata air/ belik itu diberi nama belik Sejoho (sing di sejo ono).
Lalu pulang dan mulai babat lagi dengan dibantu oleh musafir dari Cirebon yang bernama Mbah Jati Muluk hingga selesai.
Setelah selesai babat Mbah Kamem meninggal dunia dan dimakamkan di pinggir kampug sebelah selatan yang sampai sekarang dijadikan tempat ziarah dan banyak dikunjungi oleh para peziarah.
Sedangkan Mbah Jati Penguluk setelah selesai membantu Mbah Kamem berniat pulang ke kampong halamannya, namun belum sempat sampai tujuan dalam perjalanan beliau meninggal dan dimakamkan di bawah pohon Jati dan pohon Beringin juga jadi tempat ziarah sampai sekarang. Dan katanya setelah ziarah ke makam tersebut segala sesuatu yang diinginkan akan tercapai, maka dari itu Tempat itu diberi nama Desa Sampih.
Menurut cerita para leluhur, konon makam-makam itu sangat keramat, yaitu ketika pada masa penjajahan Belanda dan Jepang, ketika ada pasukan penjajah menyerang suatu ketika akan menembakkan senjata kearah makam keramat tersebut, dengan seketika senjata itu tidak berbunyi sama sekali bahkan menurut cerita-cerita para sesepuh, saking keramatnya bila burung yang terbang melintas di atas makam tersebut pun akan jatuh.
Pada abad ke-18 sekitar tahun 1850 Desa Sampih dipimpin seorang lurah yang bernama Raden Ronojoyo. Raden Ronojoyo memerintah sampai tahun 1916. Raden Ronojoyo meninggal dan digantikan oleh seorang yang bernama Warlam sampai tahun 1924 (meninggal dunia). Pengganti Warlam adalah Salas Mangun Diharjo sampai tahun 1930. Dari tahun 1930 Desa Sampih dipimpin oleh Ratubi di masa penjajahan Belanda dan Jepang.
Pada tahun 1944 Ratubi habis jabatan dan PLTnya carik yang bernama Wajiun sampai tahun 1949. Dalam masa agresi Wajiun berhenti diganti Sarijoyo hingga tahun 1963. Pengganti Sarijoyo adalah Mugiri sampai tahun 1980. Setelah selesai tugasnya Mugiri diganti Ramelan sampai tahun 1997.
Pada tahun 1998-1999 Desa Sampih diisi oleh pegawai kecamatan yang bernama Agus Sulhan hingga pemilihan Kepala Desa baru yaitu Asmudi sampai tahun 2008. Pengganti Asmudi adalah M.Abi Solaeman. Pertengahan tahun 2013. M. Abi Solaeman terpilih kembali untuk masa jabatan 2013-2019.